KISAH NYATA
Malam ini belum terlalu larut, hanya saja
memang sebagian orang sudah memutuskan untuk mengakhiri aktifitasnya untuk hari
ini.
Pertokoan yang kami lalui sebagian besar sudah tutup, dan sisanya, hanya
pedagang-pedagang kaki lima saja yang masih menyisihkan cahaya lampunya untuk
kota ini.
Aku dan Andrian sahabatku masih memilih untuk memutari kota ini sekedar menghilangkan penat akan aktifitas kami siang tadi.
Sudah beberapa tempat kami singgahi, namun itu belum juga cukup membuat penat kami mereda.
“Yan, mau ke sana ga?” tiba-tiba saja Andrian menyebutkan satu nama tempat Prostitusi terbesar di kota ini.
“Ah gila lo, gw belom pernah ke tempat begituan.”
“Ealah, sekali-kali napa, udah kalo lo ga mau make, lo temenin gw aja, yuk, mau gak?”
Aku berfikir sejenak, dan selanjutnya menganggukan kepala tanda setuju atas usul sahabatku itu.
Sampai di tempat itu, Andrian menuntunku masuk gang-gang kecil, tampak wanita-wanita berpakaian minim duduk sambil berbincang-bincang kecil dengan sesamanya di setiap rumah-rumah yang ada di dalam gang itu.
Akhirnya kami memasuki salah satu rumah yang berada di sudut gang ini, menurut Andrian, rumah ini banyak menampung PSK-PSK yang paling cantik.
“Ya dah lo masuk sana, gw tunggu di sini ya.” Ucapku sambil duduk di teras rumah itu, sengaja aku tak ikut dengan Andrian untuk masuk ke sana, takut tergoda, karena jujur, untuk masalah hal begini, aku tak ingin mencobanya, selain takut dosa, juga takut akan penyakit kelamin.
Sambil nunggu aku memilih untuk memainkan Hape, lumayan lah, daripada bengong kagak jelas nunggu Andrian.
Tak lama aku terlarut dengan Handphone ku, aku mendengar suara wanita menyapaku.
“Merokok bang?” Ucapnya sambil mengulurkan sebungkus rokok berwarna putih ke arahku.
“Maaf aku gak ngerokok.” Ucapku sambil melempar senyum ke arah wanita itu, aku langsung menduga wanita itu salah satu PSK di rumah ini, Rambutnya yang hitam dengan poni melintang di dahinya dia biarkan tergerai, bibir yang tipis di balut lipstik merah jambu mengkilap, dibingkai dengan bentuk wajah yang Oval, cukup cantik memang di bandingkan PSK-PSK lainnya di sini.
“Yah laki kok gak ngerokok.” Ucapnya.
Aku hanya menimpalinya dengan tersenyum.
“Situ gak maen mas, ama aku aja yuk. Yang di situ” dia menunjuk ke arah dalam rumah tempat sahabatku maen “biasanya maennya lama tuh, longtime. Lagian aku lagi butuh banget uang nih.”
“Enggak ah, aku Cuma nemenin temen aku doank, lha emangnya kamu belom dapet pelanggan napa malem ini? kamu cantik padahal.”
Dia menghisap rokoknya sekali, “Aku lagi ada masalah.” Ujarnya sambil menghela nafas.
“Masalah apa?”
“Emang situ perlu tau?”
“Oh maaf.” Ujarku
Kami terdiam beberapa saat.
“Sepertinya kamu gak brengsek ya.”
“Hah maksudnya?”
“Kan semua cowok itu brengsek, Cuma kamu aja yang dateng ke sini gak ngeluarin lendir.”
Aku tersenyum kecil.”tapi di luar sana gak semua cowok gitu kok, masih banyak ko cowok baik-baik, aku Cuma takut dosa aja, trus takut kena penyakit mmm apatuh... ya gitu lah, eh jangan kesinggung yah, maaf.”
“Ngapain minta maaf, emang bener ko.”
“Eh nama kamu siapa?” tanyaku.
“Eva, panggilan aku di sini itu, nama panjang aku Evaria, kamu?”
“Panggil aja aku Ryan, eh salam kenal yah, emmm.... boleh aku tahu kamu lagi ada masalah apa ampe gak bisa dapet pelanggan? Tenang aja, aku bisa jaga rahasia kok.”
“gak ah, aku lagi males cerita aja, yang jelas aku lagi butuh banget uang malem ini.”
“Buat?”
“Ibuku, di perutnya ada benjolan gitu, sebulan lalu aku bawa dia ke Puskesmas, diagnosanya bilang ada tumor kecil, mereka suruh ibuku cepat-cepat di operasi di Rumah Sakit Umum, ya gitu lah, tapi aku belom punya uang, mana malem ini sepi pelanggan lagi.” Ujarnya sambil mematikan batang rokok yang sudah hampir habis itu.
Aku terdiam, ternyata dia butuh uang untuk bantu ibunya, jujur aku kini mulai iba melihatnya, aku pikir wanita malam itu mencari uang untuk kesenangan semata, ternyata di memang tulus untuk bantu ibunya. “Kenapa kamu gak bilang daritadi.” Ucapku. “aku bisa aja bantu kamu, tapi gak bisa sekarang, uangnya aku simpan di Rumah.”
“Cape deh, ga usah ngomong.”
“Emang kamu butuh berapa?”
“Dua setengah juta, tapi uang ku baru ada 1 juta aja, itu juga hasil aku kumpulin 2 minggu kemarin.”
“Jadi kamu butuh 1,5 Juta?”
Dia mengangguk
“Ya udah ada nomor Hape?”
“Buat apa?”
“Ya besok aku ke sini lagi, 1,5 juta aku kasih ke kamu.”
“Beneran?” ku lihat raut wajahnya berubah seketika.
“Iya aku seriusan.”
“Tapi jangan di sini, biar kita ketemu di luar aja yah.”
“Sip, so berapa nomor hape mu?”
Akhirnya Eva memberiku nomor handphone yang bisa aku hubungi besok, sambil menunggu temanku yang belum juga keluar, aku masih berbincang-bincang ringan dengan Eva, anaknya menarik juga, kadang aku memang tak tega jika melihat dia harus berada di tempat ini hanya untuk keluarganya saja, usianya yang belia tidak seharusnya di habiskan disini, dia masih banyak memiliki peluang untuk bisa kerja di tempat yang jauh lebih layak, apalagi di tunjang dengan wajahnya yang cantik. Ah sungguh sangat di sayangkan.
Obrolanku dan Eva terhenti ketika Andrian keluar dari rumah bordir itu, sambil membenahi pakaiannya dia mengajakku untuk pulang, setelah pamit ke Eva, aku beranjak mengkuti Andrian menuju mobil yang dia parkirkan di depan komplek.
* * *
Esok harinya aku segera mengumpulkan uang, mulai dari yang aku simpan di rumahku yang berjumlah 900ribu sisanya aku ambil di tabunganku sebesar 600ribu, segera aku telpon Eva untuk mengajaknya bertemu hari ini, namun dia meminta bertemunya besok saja, karena dia ada urusan di tempat tugasnya itu. Ya sudah aku mengikuti saja kemauan dia.
Ke esokan harinya dia akhirnya menghubungiku memintaku untuk menemuinya di salah satu kafe di kota ini.
Sampai akhirnya kita bertemu di sana, aku sengaja sehari itu mengajak dia jalan-jalan dan makan, dan sore nya aku membawanya ke tempat yang bisa menenangkan pikiran kami.
Sambil memandang suasana kota dari ketinggian, sesekali angin dingin menghembus tubuh kami berdua, menambah kesejukan tempat ini, aku akhirnya mengeluarkan uang yang aku siapkan untuknya itu, dan menyerahkan kepadanya.
“Serius ini untukku?” Ucapnya
“Iya, ini untukmu.”
Dia langsung memelukku sambil bibirnya tak henti mengucapkan terima kasih. Awalnya aku agak kaget juga, tak siap aku mendapatkan pelukan darinya, namun lama-lama aku raih pundaknya, aku mendengar dia mulai terisak,”Kapan gw harus mengembalikan ini?” ucapnya masih dalam pelukanku.
“Tak perlu, aku ikhlas bantu ibu kamu, uang ini tak perlu kamu ganti.”
Dia tambah menangis dalam pelukanku.
Akhirnya di sana dia ungkap semua latar belakang kehidupannya, dulu waktu dia masih SMP dia pernah di perkosa oleh bapak tirinya, badannya yang mungil itu tak mungkin bisa melawan bapak tirinya yang berbadan besar dan kekar itu.
“Dulu waktu gw SMA, gw juga sempat punya cowok, dari banyak cowok yang ngedeketin gw, gw cuma milih dia, tapi tahu lah, semua cowok ternyata hanya ngejar SEX ama gw aja, makanya mulai dari situ gw males pacaran. Cinta itu gak ada buat gw, semua bohong doang.”
“Tapi gak semuanya cowok gitu kali.”
“Pastinya, contohnya kayak yang di samping gw ini.”
Awalnya aku gak sadar, tapi setelah ngeh kalau ternyata yang dia bilang itu menunjuk ke aku, aku langsung senyum malu-malu.
“Dih senyum-senyum lagi, emang bener kali, baru kali ini gw ketemu cowok yang baik banget, coba aja yah lo mau jadi pendamping gw, senengnya hati gw.... ah tapi gak mungkin lah.”
“Kok gak mungkin? Kalau aku mau?” Ucapku menggodanya
“Hahaha, bego lo, ngapain lo mau ama cewek kotor dan bau lendir macam gw?”
“Hus jangan ngomong kayak gitu, belom terlambat kok buat kamu untuk bersihin hati kamu, aku suka ko ama cewek yang apa adanya.”
Dia terdiam, “apa mungkin gw bisa suci lagi? Dari sekian banyak dosa yang udah gw perbuat?”
“Tuhan itu maha pemurah dan maha pemaaf Eva, asalkan hati kamu ingin untuk berubah, saya yakin tuhan pasti akan memaafkan segala dosa kamu.”
“Gw sudah terlalu kotor Ryan.”
“Kamu coba yah? Aku mau kok jadi cowok kamu, asal kamu janji mau ninggalin dunia hitam ini yah.”
Eva menatap wajahku, “Baru kali ini gw melihat pria seperti lo.”
Aku memeluk kembali tubuh wanita itu, aku biarkan sang mentari tenggelam namun aku yakin saat inilah harapan aku untuk membangkitkan impian wanita yang ada di pelukanku ini mulai terbit.
* * *
Esoknya aku menemani Eva untuk operasi ibunya, hampir 4 jam operasi itu berlangsung, namun akhirnya berhasil juga, di sana ibu Eva berkali-kali mengucapkan terima kasih ke padaku sambil meneteskan air mata. Namun tiba-tiba aku di seret olah Bapak Tirinya eva, dia memintaku berbicara 4 mata, dia memaksaku untuk meminjamkan uang 500rb, awalnya aku menolak, namun karena dia bilang jika aku tak memberinya uang aku tak akan bisa bertemu Eva lagi selamanya, terpaksalah aku penuhin permintaannya.
Akhirnya hubunganku dengan Eva terus berlanjut, tak terasa 3 minggu sudah aku menjalani hubungan ini, selama ini aku yang membiayai hidup dia dan keluarga, karena dia memutuskan untuk berhenti menjadi wanita malam, namun kan tidak semudah itu mencari perkerjaan, jadi mau tak mau aku lah yang bertanggung jawab menanggung kehidupan Eva selama dia tidak bekerja, namun lama kelamaan aku melihat gejala yang kurang baik di tubuh Eva, badannya tambah kurus, cekungan di matanya makin kelihat, sebenarnya aku tahu, kalau dia mengidap Syphilis.
Eva tak pernah tahu kalau selama ini aku tahu kalau dia mengidap Syphilis, aku tahu itu dari Desi, dia itu merupakan PSK satu tempat dengan Eva, yang kebetulan sempat di pakai Andrian pada malam pertama aku bertemu dengan Eva.
Aku diam-diam pergi ke tempat itu lagi tepat satu hari setelah pertemuanku dengan Eva, aku mencari tahu semuanya dari Desi, kenapa Eva sampai sepi pengunjung malam itu.
Awalnya Desi memang tak mau bercerita, namun setelah aku sodorkan sejumlah uang untuknya akhirnya Desi mulai mau membuka cerita.
Dari penuturan Desi akhirnya terungkap kalau selama ini para pelanggan nya Eva pada kabur setelah tahu kalau Eva penyakitan, mereka pada takut tertular.
Memang penyakit Syphilis itu sebenarnya masih bisa di sembuhkan dengan minum Penicilin G, namun kecil harapan untuk Eva sembuh karena ternyata penyakitnya itu telah menjalar ke seluruh tubuh.
Semenjak aku tahu kalau Eva ternyata mengidap penyakit itu aku menjadi tambah sayang, aku tambah bertekad akan menjaganya sampai dia benar-benar sembuh.
Suatu hari tubuh Eva tambah melemah, aku langsung membawanya ke rumah sakit, untuk segera di tangani dokter. Benar saja, dokter langsung memvonis Eva kena Syphilis akut, virus neurosifilis nya telah menyebar ke sel-sel tubuhnya yang lama-kelamaan membuat tubuhnya semakin lumpuh.
“Yan, maafin aku gak pernah cerita ini ama kamu.” Ucapnya lemah siang itu di kamar rumah sakit.
“Tak usah kau pikirkan itu, aku sebenernya udah tahu semuanya, sudahlah, tak usah kau hiraukan itu, bagaimanapun kamu aku akan tetap sayang ama kamu.”
Kulihat dia mulai meneteskan air mata, aku mengerti perasaan dia sekarang, namun bagi aku kini hanya satu, dia dapat keluar dari segala penderitaan dia selama ini.
Selama seminggu dia terkulai lemah di rumah sakit, setiap hari aku luangkan waktu aku dari kegiatan rutinku yang padat untuk merawat Eva di rumah sakit.
Namun sore itu sepertinya Eva sudah tak kuat dengan penderitaan dia selama ini, dia akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit itu, di kelilingi oleh Ibunya, bapak tirinya, teman-teman satu kompleknya dan aku.
Jujur aku tak bisa menahan tangisku saat itu, sejadi-jadinya aku menangis di sana, Desi sehabat Eva itu mencoba menenangkanku, dia membawaku ke sudut rumah sakit.
Dia membiarkan aku menagis sampai akhirnya sedikit mereda, “Yan, lo tabah yah, gimanapun juga lo mesti iklasin dia pergi, mungkin ini yang terbaik buat dia. Lagian lo juga gak pengen kan ngeliat dia kesiksa selama hidup dia?”
Aku masih terisak, namun mencoba mengangguk untuk menjawab ucapan Desi itu.
“Ini, Eva kemarin sempat menitipkan ini ke gw, dia pengen kalau emang dia udah gak ada, gw kasih surat ini ke lo.” Desi mengeluarkan secarik kertas yang di lipat kecil.
Perlahan aku mencoba membuka surat itu, (Ini isi surat nyata dari sang pemilik cerita)
To : My Lovely .....
Dear,makasih kamu udah mau jadi pendamping aku selama ini...makasih juga udah mau jadi malaikat penyelamat untuk ibu aku...
Andaikan kamu tau aku punya penyakit gini, aku yakin kamu pasti kecewa trus tinggalin aku,yakin banget :) makanya aku ngerahasiain
ini semua...maaf ya?
Dear,Kamu Laki-laki paling baik yang pernah aku temuin, kamu mau terima aku apa adanya.. Aku perempuan kotor, miskin, keluarga semrawut, tapi kamu tetep mau deket ma aku
Dear,andaikan aku udah gak hidup lagi di dunia ini,kamu jangan sedih ya ? masih banyak perempuan
yang lebih baik dari aku..kamu orang baik,harus punya pendamping yang baik juga :')
Inget,jangan lagi datang-datang ke tempat kotor gitu.setebal apapun iman kamu,pasti bisa runtuh ama yang namanya perempuan.
Dear,walau dunia kita udah beda,aku tetep ada di hati kamu kan?janji?aku akan slalu disamping kamu, aku akan jaga kamu.......Maaf andai slama ini aku&keluarga udah nyusahin kamu :*
Goodbye....... :)
Your Lovely Bitch, Eva ♥
Jenazah Eva di bawa oleh keluarganya untuk di makamkan di tanah kelahirannya, akibat pekerjaanku yang menumpuk aku tak dapat mengantarkan jenazahnya itu, itulah terakhir kalinya aku bisa menyaksikan sosok Eva, sosok yang selama ini begitu aku puja, sosok yang sudah menginspirasi aku, akan beratnya hidup namun tetap tegar untuk di jalaninya.
Ada empat benda yang mengingatkanku akan dirinya, Surat Terakhirnya, Kalung dan Cincin yang selalu dia kenakan yang di berikan olah ibu Eva untuk aku simpan sebagai kenangan aku dengan Eva, serta Photo kecil wajahnya yang selalu aku simpan di dompetku.
Selamat jalan Evaria Cindy, semoga kau tenang di sisinya.
Jakarta, 11 Juli 2011
Aku dan Andrian sahabatku masih memilih untuk memutari kota ini sekedar menghilangkan penat akan aktifitas kami siang tadi.
Sudah beberapa tempat kami singgahi, namun itu belum juga cukup membuat penat kami mereda.
“Yan, mau ke sana ga?” tiba-tiba saja Andrian menyebutkan satu nama tempat Prostitusi terbesar di kota ini.
“Ah gila lo, gw belom pernah ke tempat begituan.”
“Ealah, sekali-kali napa, udah kalo lo ga mau make, lo temenin gw aja, yuk, mau gak?”
Aku berfikir sejenak, dan selanjutnya menganggukan kepala tanda setuju atas usul sahabatku itu.
Sampai di tempat itu, Andrian menuntunku masuk gang-gang kecil, tampak wanita-wanita berpakaian minim duduk sambil berbincang-bincang kecil dengan sesamanya di setiap rumah-rumah yang ada di dalam gang itu.
Akhirnya kami memasuki salah satu rumah yang berada di sudut gang ini, menurut Andrian, rumah ini banyak menampung PSK-PSK yang paling cantik.
“Ya dah lo masuk sana, gw tunggu di sini ya.” Ucapku sambil duduk di teras rumah itu, sengaja aku tak ikut dengan Andrian untuk masuk ke sana, takut tergoda, karena jujur, untuk masalah hal begini, aku tak ingin mencobanya, selain takut dosa, juga takut akan penyakit kelamin.
Sambil nunggu aku memilih untuk memainkan Hape, lumayan lah, daripada bengong kagak jelas nunggu Andrian.
Tak lama aku terlarut dengan Handphone ku, aku mendengar suara wanita menyapaku.
“Merokok bang?” Ucapnya sambil mengulurkan sebungkus rokok berwarna putih ke arahku.
“Maaf aku gak ngerokok.” Ucapku sambil melempar senyum ke arah wanita itu, aku langsung menduga wanita itu salah satu PSK di rumah ini, Rambutnya yang hitam dengan poni melintang di dahinya dia biarkan tergerai, bibir yang tipis di balut lipstik merah jambu mengkilap, dibingkai dengan bentuk wajah yang Oval, cukup cantik memang di bandingkan PSK-PSK lainnya di sini.
“Yah laki kok gak ngerokok.” Ucapnya.
Aku hanya menimpalinya dengan tersenyum.
“Situ gak maen mas, ama aku aja yuk. Yang di situ” dia menunjuk ke arah dalam rumah tempat sahabatku maen “biasanya maennya lama tuh, longtime. Lagian aku lagi butuh banget uang nih.”
“Enggak ah, aku Cuma nemenin temen aku doank, lha emangnya kamu belom dapet pelanggan napa malem ini? kamu cantik padahal.”
Dia menghisap rokoknya sekali, “Aku lagi ada masalah.” Ujarnya sambil menghela nafas.
“Masalah apa?”
“Emang situ perlu tau?”
“Oh maaf.” Ujarku
Kami terdiam beberapa saat.
“Sepertinya kamu gak brengsek ya.”
“Hah maksudnya?”
“Kan semua cowok itu brengsek, Cuma kamu aja yang dateng ke sini gak ngeluarin lendir.”
Aku tersenyum kecil.”tapi di luar sana gak semua cowok gitu kok, masih banyak ko cowok baik-baik, aku Cuma takut dosa aja, trus takut kena penyakit mmm apatuh... ya gitu lah, eh jangan kesinggung yah, maaf.”
“Ngapain minta maaf, emang bener ko.”
“Eh nama kamu siapa?” tanyaku.
“Eva, panggilan aku di sini itu, nama panjang aku Evaria, kamu?”
“Panggil aja aku Ryan, eh salam kenal yah, emmm.... boleh aku tahu kamu lagi ada masalah apa ampe gak bisa dapet pelanggan? Tenang aja, aku bisa jaga rahasia kok.”
“gak ah, aku lagi males cerita aja, yang jelas aku lagi butuh banget uang malem ini.”
“Buat?”
“Ibuku, di perutnya ada benjolan gitu, sebulan lalu aku bawa dia ke Puskesmas, diagnosanya bilang ada tumor kecil, mereka suruh ibuku cepat-cepat di operasi di Rumah Sakit Umum, ya gitu lah, tapi aku belom punya uang, mana malem ini sepi pelanggan lagi.” Ujarnya sambil mematikan batang rokok yang sudah hampir habis itu.
Aku terdiam, ternyata dia butuh uang untuk bantu ibunya, jujur aku kini mulai iba melihatnya, aku pikir wanita malam itu mencari uang untuk kesenangan semata, ternyata di memang tulus untuk bantu ibunya. “Kenapa kamu gak bilang daritadi.” Ucapku. “aku bisa aja bantu kamu, tapi gak bisa sekarang, uangnya aku simpan di Rumah.”
“Cape deh, ga usah ngomong.”
“Emang kamu butuh berapa?”
“Dua setengah juta, tapi uang ku baru ada 1 juta aja, itu juga hasil aku kumpulin 2 minggu kemarin.”
“Jadi kamu butuh 1,5 Juta?”
Dia mengangguk
“Ya udah ada nomor Hape?”
“Buat apa?”
“Ya besok aku ke sini lagi, 1,5 juta aku kasih ke kamu.”
“Beneran?” ku lihat raut wajahnya berubah seketika.
“Iya aku seriusan.”
“Tapi jangan di sini, biar kita ketemu di luar aja yah.”
“Sip, so berapa nomor hape mu?”
Akhirnya Eva memberiku nomor handphone yang bisa aku hubungi besok, sambil menunggu temanku yang belum juga keluar, aku masih berbincang-bincang ringan dengan Eva, anaknya menarik juga, kadang aku memang tak tega jika melihat dia harus berada di tempat ini hanya untuk keluarganya saja, usianya yang belia tidak seharusnya di habiskan disini, dia masih banyak memiliki peluang untuk bisa kerja di tempat yang jauh lebih layak, apalagi di tunjang dengan wajahnya yang cantik. Ah sungguh sangat di sayangkan.
Obrolanku dan Eva terhenti ketika Andrian keluar dari rumah bordir itu, sambil membenahi pakaiannya dia mengajakku untuk pulang, setelah pamit ke Eva, aku beranjak mengkuti Andrian menuju mobil yang dia parkirkan di depan komplek.
* * *
Esok harinya aku segera mengumpulkan uang, mulai dari yang aku simpan di rumahku yang berjumlah 900ribu sisanya aku ambil di tabunganku sebesar 600ribu, segera aku telpon Eva untuk mengajaknya bertemu hari ini, namun dia meminta bertemunya besok saja, karena dia ada urusan di tempat tugasnya itu. Ya sudah aku mengikuti saja kemauan dia.
Ke esokan harinya dia akhirnya menghubungiku memintaku untuk menemuinya di salah satu kafe di kota ini.
Sampai akhirnya kita bertemu di sana, aku sengaja sehari itu mengajak dia jalan-jalan dan makan, dan sore nya aku membawanya ke tempat yang bisa menenangkan pikiran kami.
Sambil memandang suasana kota dari ketinggian, sesekali angin dingin menghembus tubuh kami berdua, menambah kesejukan tempat ini, aku akhirnya mengeluarkan uang yang aku siapkan untuknya itu, dan menyerahkan kepadanya.
“Serius ini untukku?” Ucapnya
“Iya, ini untukmu.”
Dia langsung memelukku sambil bibirnya tak henti mengucapkan terima kasih. Awalnya aku agak kaget juga, tak siap aku mendapatkan pelukan darinya, namun lama-lama aku raih pundaknya, aku mendengar dia mulai terisak,”Kapan gw harus mengembalikan ini?” ucapnya masih dalam pelukanku.
“Tak perlu, aku ikhlas bantu ibu kamu, uang ini tak perlu kamu ganti.”
Dia tambah menangis dalam pelukanku.
Akhirnya di sana dia ungkap semua latar belakang kehidupannya, dulu waktu dia masih SMP dia pernah di perkosa oleh bapak tirinya, badannya yang mungil itu tak mungkin bisa melawan bapak tirinya yang berbadan besar dan kekar itu.
“Dulu waktu gw SMA, gw juga sempat punya cowok, dari banyak cowok yang ngedeketin gw, gw cuma milih dia, tapi tahu lah, semua cowok ternyata hanya ngejar SEX ama gw aja, makanya mulai dari situ gw males pacaran. Cinta itu gak ada buat gw, semua bohong doang.”
“Tapi gak semuanya cowok gitu kali.”
“Pastinya, contohnya kayak yang di samping gw ini.”
Awalnya aku gak sadar, tapi setelah ngeh kalau ternyata yang dia bilang itu menunjuk ke aku, aku langsung senyum malu-malu.
“Dih senyum-senyum lagi, emang bener kali, baru kali ini gw ketemu cowok yang baik banget, coba aja yah lo mau jadi pendamping gw, senengnya hati gw.... ah tapi gak mungkin lah.”
“Kok gak mungkin? Kalau aku mau?” Ucapku menggodanya
“Hahaha, bego lo, ngapain lo mau ama cewek kotor dan bau lendir macam gw?”
“Hus jangan ngomong kayak gitu, belom terlambat kok buat kamu untuk bersihin hati kamu, aku suka ko ama cewek yang apa adanya.”
Dia terdiam, “apa mungkin gw bisa suci lagi? Dari sekian banyak dosa yang udah gw perbuat?”
“Tuhan itu maha pemurah dan maha pemaaf Eva, asalkan hati kamu ingin untuk berubah, saya yakin tuhan pasti akan memaafkan segala dosa kamu.”
“Gw sudah terlalu kotor Ryan.”
“Kamu coba yah? Aku mau kok jadi cowok kamu, asal kamu janji mau ninggalin dunia hitam ini yah.”
Eva menatap wajahku, “Baru kali ini gw melihat pria seperti lo.”
Aku memeluk kembali tubuh wanita itu, aku biarkan sang mentari tenggelam namun aku yakin saat inilah harapan aku untuk membangkitkan impian wanita yang ada di pelukanku ini mulai terbit.
* * *
Esoknya aku menemani Eva untuk operasi ibunya, hampir 4 jam operasi itu berlangsung, namun akhirnya berhasil juga, di sana ibu Eva berkali-kali mengucapkan terima kasih ke padaku sambil meneteskan air mata. Namun tiba-tiba aku di seret olah Bapak Tirinya eva, dia memintaku berbicara 4 mata, dia memaksaku untuk meminjamkan uang 500rb, awalnya aku menolak, namun karena dia bilang jika aku tak memberinya uang aku tak akan bisa bertemu Eva lagi selamanya, terpaksalah aku penuhin permintaannya.
Akhirnya hubunganku dengan Eva terus berlanjut, tak terasa 3 minggu sudah aku menjalani hubungan ini, selama ini aku yang membiayai hidup dia dan keluarga, karena dia memutuskan untuk berhenti menjadi wanita malam, namun kan tidak semudah itu mencari perkerjaan, jadi mau tak mau aku lah yang bertanggung jawab menanggung kehidupan Eva selama dia tidak bekerja, namun lama kelamaan aku melihat gejala yang kurang baik di tubuh Eva, badannya tambah kurus, cekungan di matanya makin kelihat, sebenarnya aku tahu, kalau dia mengidap Syphilis.
Eva tak pernah tahu kalau selama ini aku tahu kalau dia mengidap Syphilis, aku tahu itu dari Desi, dia itu merupakan PSK satu tempat dengan Eva, yang kebetulan sempat di pakai Andrian pada malam pertama aku bertemu dengan Eva.
Aku diam-diam pergi ke tempat itu lagi tepat satu hari setelah pertemuanku dengan Eva, aku mencari tahu semuanya dari Desi, kenapa Eva sampai sepi pengunjung malam itu.
Awalnya Desi memang tak mau bercerita, namun setelah aku sodorkan sejumlah uang untuknya akhirnya Desi mulai mau membuka cerita.
Dari penuturan Desi akhirnya terungkap kalau selama ini para pelanggan nya Eva pada kabur setelah tahu kalau Eva penyakitan, mereka pada takut tertular.
Memang penyakit Syphilis itu sebenarnya masih bisa di sembuhkan dengan minum Penicilin G, namun kecil harapan untuk Eva sembuh karena ternyata penyakitnya itu telah menjalar ke seluruh tubuh.
Semenjak aku tahu kalau Eva ternyata mengidap penyakit itu aku menjadi tambah sayang, aku tambah bertekad akan menjaganya sampai dia benar-benar sembuh.
Suatu hari tubuh Eva tambah melemah, aku langsung membawanya ke rumah sakit, untuk segera di tangani dokter. Benar saja, dokter langsung memvonis Eva kena Syphilis akut, virus neurosifilis nya telah menyebar ke sel-sel tubuhnya yang lama-kelamaan membuat tubuhnya semakin lumpuh.
“Yan, maafin aku gak pernah cerita ini ama kamu.” Ucapnya lemah siang itu di kamar rumah sakit.
“Tak usah kau pikirkan itu, aku sebenernya udah tahu semuanya, sudahlah, tak usah kau hiraukan itu, bagaimanapun kamu aku akan tetap sayang ama kamu.”
Kulihat dia mulai meneteskan air mata, aku mengerti perasaan dia sekarang, namun bagi aku kini hanya satu, dia dapat keluar dari segala penderitaan dia selama ini.
Selama seminggu dia terkulai lemah di rumah sakit, setiap hari aku luangkan waktu aku dari kegiatan rutinku yang padat untuk merawat Eva di rumah sakit.
Namun sore itu sepertinya Eva sudah tak kuat dengan penderitaan dia selama ini, dia akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit itu, di kelilingi oleh Ibunya, bapak tirinya, teman-teman satu kompleknya dan aku.
Jujur aku tak bisa menahan tangisku saat itu, sejadi-jadinya aku menangis di sana, Desi sehabat Eva itu mencoba menenangkanku, dia membawaku ke sudut rumah sakit.
Dia membiarkan aku menagis sampai akhirnya sedikit mereda, “Yan, lo tabah yah, gimanapun juga lo mesti iklasin dia pergi, mungkin ini yang terbaik buat dia. Lagian lo juga gak pengen kan ngeliat dia kesiksa selama hidup dia?”
Aku masih terisak, namun mencoba mengangguk untuk menjawab ucapan Desi itu.
“Ini, Eva kemarin sempat menitipkan ini ke gw, dia pengen kalau emang dia udah gak ada, gw kasih surat ini ke lo.” Desi mengeluarkan secarik kertas yang di lipat kecil.
Perlahan aku mencoba membuka surat itu, (Ini isi surat nyata dari sang pemilik cerita)
To : My Lovely .....
Dear,makasih kamu udah mau jadi pendamping aku selama ini...makasih juga udah mau jadi malaikat penyelamat untuk ibu aku...
Andaikan kamu tau aku punya penyakit gini, aku yakin kamu pasti kecewa trus tinggalin aku,yakin banget :) makanya aku ngerahasiain
ini semua...maaf ya?
Dear,Kamu Laki-laki paling baik yang pernah aku temuin, kamu mau terima aku apa adanya.. Aku perempuan kotor, miskin, keluarga semrawut, tapi kamu tetep mau deket ma aku
Dear,andaikan aku udah gak hidup lagi di dunia ini,kamu jangan sedih ya ? masih banyak perempuan
yang lebih baik dari aku..kamu orang baik,harus punya pendamping yang baik juga :')
Inget,jangan lagi datang-datang ke tempat kotor gitu.setebal apapun iman kamu,pasti bisa runtuh ama yang namanya perempuan.
Dear,walau dunia kita udah beda,aku tetep ada di hati kamu kan?janji?aku akan slalu disamping kamu, aku akan jaga kamu.......Maaf andai slama ini aku&keluarga udah nyusahin kamu :*
Goodbye....... :)
Your Lovely Bitch, Eva ♥
Jenazah Eva di bawa oleh keluarganya untuk di makamkan di tanah kelahirannya, akibat pekerjaanku yang menumpuk aku tak dapat mengantarkan jenazahnya itu, itulah terakhir kalinya aku bisa menyaksikan sosok Eva, sosok yang selama ini begitu aku puja, sosok yang sudah menginspirasi aku, akan beratnya hidup namun tetap tegar untuk di jalaninya.
Ada empat benda yang mengingatkanku akan dirinya, Surat Terakhirnya, Kalung dan Cincin yang selalu dia kenakan yang di berikan olah ibu Eva untuk aku simpan sebagai kenangan aku dengan Eva, serta Photo kecil wajahnya yang selalu aku simpan di dompetku.
Selamat jalan Evaria Cindy, semoga kau tenang di sisinya.
Jakarta, 11 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar